"Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti". (Ali bin Abi Thalib). Maka dari itu, melalui blog ini aku ingin mengabadikan hidupku, bahkan lebih dari nyawaku.
Home » » Sepotong Roti yang Tak Bersalah

Sepotong Roti yang Tak Bersalah

Terdengar nafasnya terengah-engah, bahkan masih begitu jelas setelah dia berusaha menyembunyikan apa yang baru saja terjadi. Kemudian dengan nada tersendat-sendat Dia berkata "tolong aku, tolong aku mas", sedikit tersimpulkan dariku bahwa gadis ini sedang membutuhkan pertolongan, mungkin sedang di kejar-kejar orang atau bahkan kematianlah yang memburunya.

Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, meski sok tahu, teteapi setidaknya aku akan mendapat informasi darinya tentang hal apa yang membuatnya ketakutan. Tangannya begitu dingin, bibirnya terlihat semakin kering, tubuhnya yang lain ikut menggigil. Mungkin bibirnya menjadi kelu setelah ini, hingga ia tak mampu lagi berbicara. Bukannya mau membungkam, tetapi untuk mengularkn kata ah, pun dia sudah tidak mampu lagi. Aku semakin bingung, apa yang terjadi dengan gadis yang kukira umurnya sebelas tahunan ini. Dari tangannya kulihat sepotong roti yang sudah tidak begitu jelas nampak bahwa itu adalah roti.

Suasana bingung semakin menjadi-jadi, aku tak tahu maksud mimpi yang menyelinap masuk dalam kamar tidurku tadi malam. mangintip lewat jendela, membuka ruang lewat ventilasi angin, kemudian memilih diam untuk menemaniku malam tadi. Pagi ini, semuanya begitu terputar kembali. Anak kecil, roti, dan akan ada suara riuh..

Belum sempat kuputar habis mimpiku, sekelompok orang mendatangiku dengan suara yang sangat riuh, seolah melonglong, seakan ombak yang mendesir pasir, seperti lautan yang menghantam karang. Tidak begitu jelas apa yang orang-orang aneh ini teriakan yang kudengar, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh....!!! Anak yang dipangkuanku semakin lemas, bahkan matanya nanar bak mengisyaratkan sesuatu kepadaku, tetapi aku tidak memahaminya. Roti yang di tangannya itu akan jatuh ke tanah beberapa saat lagi, tangannya pun mulai tak berdaya.

Sejenak kulihat sekelingku mulai ramai dengan orang yang tak kukenal, laki-laki dan perempuan. Ada yang membawa sapu, membawa kayu, bahkan besi. Aku semain tak mengerti sebenarnya apa yanng terjadi, aku meminta mereka untuk memebantuku membawa anak ini kerumah sakit. tetapi mereka enggan, aku tak tahu manusia macam apa yang rela melihat manusia lain teerkulai lemas dipangkuanku ini. Aku juga tak tahu dosa dan perlakuan tidak senonoh apa yang anak ini kerjakan sehingga orang-orang tak sudi bahkan untuk memanggil mobil untuk mengangkutnya ke rumah sakit. Air mataku hancur pagi ini, aku menangis ditengah kebingungan. memopong badan anak seusia keponakanku di kampung yang hanya tinggal kulit dan tulang ini, begitu ringan langkahku meninggalkan kawanan orang-orang yang tak beriba itu. Bahkan suara suara bisikan seolah-olah angin begitu baik kepadaku, hingga mengantarkan bisikan itu ketelingaku, "maling kok ditolong".

Aku semakin tak berdaya bahkan untuk membawa anak ini menuju motorku, setumpuk pertanyaan lalu-lalang dalam benak ini. Seolah-olah mengedor-gedor pintu hatiku untuk segera menajwabnya. Dimakanah keadilan di negeri ini?.. Sementara mata kiriku melihat persoalan negara yang tidak kuasa aku untuk menjawabnya, kemudian melihat anak ini semakin terkulai lemas karena sepotong roti yang tak berdosa. Bukankah anak miskin dan terlantar dipelihara negara? aku tak tahu.

0 komentar:

Posting Komentar


My Photo Galery

Translate

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Sejernih Sungai Cinta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger