Terdengar nafasnya terengah-engah, bahkan masih begitu jelas setelah dia berusaha menyembunyikan apa yang baru saja terjadi. Kemudian dengan nada tersendat-sendat Dia berkata "tolong aku, tolong aku mas", sedikit tersimpulkan dariku bahwa gadis ini sedang membutuhkan pertolongan, mungkin sedang di kejar-kejar orang atau bahkan kematianlah yang memburunya.

Suasana bingung semakin menjadi-jadi, aku tak tahu maksud mimpi yang menyelinap masuk dalam kamar tidurku tadi malam. mangintip lewat jendela, membuka ruang lewat ventilasi angin, kemudian memilih diam untuk menemaniku malam tadi. Pagi ini, semuanya begitu terputar kembali. Anak kecil, roti, dan akan ada suara riuh..
Belum sempat kuputar habis mimpiku, sekelompok orang mendatangiku dengan suara yang sangat riuh, seolah melonglong, seakan ombak yang mendesir pasir, seperti lautan yang menghantam karang. Tidak begitu jelas apa yang orang-orang aneh ini teriakan yang kudengar, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh....!!! Anak yang dipangkuanku semakin lemas, bahkan matanya nanar bak mengisyaratkan sesuatu kepadaku, tetapi aku tidak memahaminya. Roti yang di tangannya itu akan jatuh ke tanah beberapa saat lagi, tangannya pun mulai tak berdaya.
Sejenak kulihat sekelingku mulai ramai dengan orang yang tak kukenal, laki-laki dan perempuan. Ada yang membawa sapu, membawa kayu, bahkan besi. Aku semain tak mengerti sebenarnya apa yanng terjadi, aku meminta mereka untuk memebantuku membawa anak ini kerumah sakit. tetapi mereka enggan, aku tak tahu manusia macam apa yang rela melihat manusia lain teerkulai lemas dipangkuanku ini. Aku juga tak tahu dosa dan perlakuan tidak senonoh apa yang anak ini kerjakan sehingga orang-orang tak sudi bahkan untuk memanggil mobil untuk mengangkutnya ke rumah sakit. Air mataku hancur pagi ini, aku menangis ditengah kebingungan. memopong badan anak seusia keponakanku di kampung yang hanya tinggal kulit dan tulang ini, begitu ringan langkahku meninggalkan kawanan orang-orang yang tak beriba itu. Bahkan suara suara bisikan seolah-olah angin begitu baik kepadaku, hingga mengantarkan bisikan itu ketelingaku, "maling kok ditolong".
Aku semakin tak berdaya bahkan untuk membawa anak ini menuju motorku, setumpuk pertanyaan lalu-lalang dalam benak ini. Seolah-olah mengedor-gedor pintu hatiku untuk segera menajwabnya. Dimakanah keadilan di negeri ini?.. Sementara mata kiriku melihat persoalan negara yang tidak kuasa aku untuk menjawabnya, kemudian melihat anak ini semakin terkulai lemas karena sepotong roti yang tak berdosa. Bukankah anak miskin dan terlantar dipelihara negara? aku tak tahu.
0 komentar:
Posting Komentar