Antara Kandang Sapi dan Kantor Lembaga Mahasiswa FMIPA
Oleh: Shalahuddin Al Madury*
Malam
di Kaliurang dan sekitarnya belakangan ini semakin sepi. Hawa dingin yang
mencapai 170C menambah alasan masyarakat sekitar kaliurang untuk
tidak beraktifitas di malam hari. Sama halnya dengan mahasiswa di kampus UII.
Kehidupan kampus semakin sepi, yang ada hanya lantunan ayat-ayat Al-Quran sesekali
berseliweran di kuping.
Selepas
sholat tarawih aku menyempatkan diri untuk ke kantor Lembaga mahasiswa FMIPA
UII, rasanya sudah lama tidak masuk kantor ini. Tujuanku satu, untuk
mengantarkan surat dari LPM Linier yang ditujukan ke ketua LEM dan DPM FMIPA.
Maklum, selain sebagai mahasiswa biasa aku punya pekerjaan sampingan, kurir
surat. Hehe..
Seperti
biasa, halaman kantor lembaga mahasiswa FMIPA selalu ramai dengan
deretan-deretan motor yang parkir kurang rapih dan menggangguku untuk masuk
kantor ini. Kupikir, di dalam kantor sedang ramai kawan-kawan lembaga mahasiswa
sedang rapat atau entah diskusi dan lainnya.
Tebakanku
salah, kantor lembaga yang terbuka ini kosong tak ada aktivitas di dalamnya.
Bau menyengat menusuk-nusuk hidungku, entah ada bangkai apa di kantor lembaga
semegah ini? pikirku. Setelah kuucapkan salam, aku melangkah perlahan memasuki
kantor. Tak ada yang menjawab salamku, yang ada perasaan kaget menerpaku.
Bagaimana
tidak, kantor yang dihuni oleh DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa), LEM (Lembaga
Eksekutif Mahasiswa), HMK (Himpunan Mahasiswa Kimia), HMAK (Himpunana Mahasiswa
Analis Kimia), UKMK JAG (Unit Kegiatan Mahasiswa Keislaman Jamaah Al Ghuroba),
HIMFA (Himpunan Mahasiswa Farmasi) dan IKS (Ikatan Keluarga Statistika) nampak
seperti kapal pecah. Rupanya bau menyengat datang dari genangan air yang entah
sudah berapa minggu tidak menyerap dari pori-pori karpet yang berlubang itu.

Kantor
lembaga mahasiswa FMIPA yang merupakan kantor bersama dan tempat bersarangnya
mahasiswa-mahasiswa kritis dan peduli terhadap rakyat melalui
pemikiran-pemikirannya kini sudah tinggal kenang. Pantesan kantor ini sepi,
manusia mana yang mau menempati kantor sekotor ini? Hewanpun tak mau.
Aku
tak tahu dimana kemudian lembaga kemahasiswaan FMIPA melakukan rapat, diskusi,
dan melakukan aktifitas lain selayaknya fungsi lembaga kemahasiswaan. Semantara
kantornya jorok nan tak layak huni ini. Ah, aku saja sebagai kurir surat
kebingungan mau meletakkan surat ini dimana. Takut isi surat yang penting ini
tak terbaca, wong gak ada yang ngantor kok..
Tanggung jawab siapa? katanya
Pemandangan
lain tertuju beberapa tulisan yang ditempel di depan kantor LEM.
“MINTA
TOLONG PAK, UNTUK RUANG LEMBAGA DI KONDISIKAN. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB???
KERJA BAKTI KALO PERLU”
“RUANG
LEMBAGA NYAMAN, KEGIATAN HM DAN UKMK LEBIH TENTRAM
KERJA
BAKTI DONG”
Tulisan-tulisan
ini seolah meminta pemimpin lembaga untuk melihat kondisi kantor yang tidak
nyaman. Mengusulkan untuk kerja bakti. Entah siapa yang menulisnya, akan tetapi
aku berfikir ternyata masih ada yang perduli dengan kondisi kantor yang tidak
terawat. Tetapi actionnya kapan,
entahlah. Apa penyebab kotornya kantor lembaga ini? Gumamku dalam hati. Siapa
yang akan membersihkan kantor, jika bukan penghuninya? Ya, kerisauanku
nampaknya juga dirasakan dengan tulisan yang ada pada papan dibawah kantor LEM
FMIPA. Begini tulisannya.
“TOLONG
SEMUA LEMBAGA BERTANGGUNG JAWAB ATAS KETIDAKNYAMANAN RUANG LEMBAGA!! JANGAN
CUMA BISA GAYA-GAYAAN”
Aku tak tahu pastinya, sudah berapa minggu atau mungkin berapa bulan kantor lembaga tak terawat seperti ini. Ada rasa kekecewaan yang mendalam yang kurasakan. Aku berfikir bahwa mahasiswa yang berkecimpung di kelembagaan bukanlah mahasiswa biasa. Mereka para pemikir, tapi dimana pikiran mereka tentang kantor tempatnya bersarang?
Mahasiswa
yang ada di lembaga, mereka yang peduli. Tetapi dimana kepedulian mereka
melihat keadaan yang kotor? Bagaimana mahasiswa akan perduli terhadap rakyat,
kantor bau busuk saja lenyap dari pandangan?
Mahasiswa
adalah orang yang perasa, tapi dimana letak rasa mereka melihat dan mencium bau
busuk di kantornya? Apa mata dan hidung mereka sudah digadaikan dengan sikap
saling melemparkan tanggung jawab? Ah, malulah aku.
Haha,…
aku ingin tertawa sekencang-kencangnya sebagai luapan kekecewaanku terhadap mahasiswa
yang berani berkecimpung menjadi wakil mahasiswa lainnya dan kemudian duduk di
lembaga tapi tak peduli terhadap kantornya sendiri. Bagaimana mereka mau
memikirkan nasib kami, mahasiswa jelata? Sementara memikirkan lingkungannya
yang bau saja tidak.
Aku
jadi teringat kampung halamanku, masyarakatnya mayoritas hanya tamatan SR
(Sekolah Rakyat), pekerjaannya petani. Setiap rumah memelihara sapi, dan
biasanya kandang sapinya terletak 200m dibelakang rumahnya. Tetapi setiap pagi
dan sore, mereka membersihkannya dan membuang sampah dan kotoran sapi ke
ladangnya untuk dijadikan pupuk. Sementara di kampusku, FMIPA UII?
Orang-orangnya
terpelajar. Yaiyalah, mahasiswa bro.. tapi untuk membersihkan kantornya sendiri
gak tahu berapa bulan sekali? Haha, jika
orang-orang di kampungku yang hanya lulusan SR peduli terhadap kebersihan
lingkungan dan kenyamanan ternaknya. Kenapa mahasiswa tidak peduli?
Aku
berfikir, mungkin lebih baik kantor lembaga mahasiswa FMIPA ditempati sapi saja
apa ya? Biar orang-orang dari kampungku yang mempersihkannya? Hah. Maaf, aku
sinis. Kok ya tahan dengan kejorokan kalian ini loh…
Artikel
ini bersifat seruan, semoga aku sadar dan khususnya kawan-kawan lembaga
mahasiswa kembali memasang mata, hidung dan perasaannya pada tempatnya. Ayolah,
bersihkan kantor lembaga mahasiswa ini. Jika tak mau, orang-orang kampungku
datang membawa sapi-sapi mereka.
Sudahlah,
aku mau cuci kaki dulu. Tadi tak sengaja menginjak genangan air di karpet yang
berubah warna dari biru menjadi cokelat kehitaman di kantor lembaga mahasiswa.
Hidup
Mahasiswa,..
*Penulis adalah mahasiswa farmasi 2011 (Kurir surat)
0 komentar:
Posting Komentar