"Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti". (Ali bin Abi Thalib). Maka dari itu, melalui blog ini aku ingin mengabadikan hidupku, bahkan lebih dari nyawaku.
Home » » Senja di sore hari

Senja di sore hari


  Setiap sore, setiap matahari hampir menuju peraduannya, aku tak tahu kenapa kebiasaan ini selalu saja menghantuiku. Menghampiriku hampir setiap malam akan menjemput siang dengan bijaksana. Perasaan ini seperti bagian dari apa yang menempel dalam tubuhku, sudah menyatu dalam setiap desir darah yang mengalir dan nafas yang terhembus.



   Aku tak tahu betul perasaan ini kapan datangnya dan kemudian memudar ketika purnama mulai menampakkan keperkasaannya, pertanda hari tidak sore lagi. Hanya ketika sore, kurasakan angin begitu bersahabat dengan jiwa yang meronta-ronta ini. Kurasakan semakin dingin saja kulitku ini, pucat dan pasi. Mungkin kamu akan membenarkannya jika kamu merasakan soreku ini. Aku tak membual, karena memang ini yang aku rasakan setiap sore.

   Jantungku sudah tak ritmis lagi dalam detakannya, ia akan berlari lebih cepat lagi. Aku tak mengerti dan aku tambah tak mengerti jika kau tanyakan, mengapa?. Rahasia Tuhan tidak ada yang bisa menyangkalnya, meskipun sekedar menebaknya atau berusaha untuk menganlogikannya dengan segala apa yang aku punya dalam alam fikiran yang tak tejangkau kapasitasnya. Sore ini, sore kemarin, dan mungkin sore esok akan sama rasanya. Terlalu istimewa.

   Aku merasakan kesendirian yang berkepanjangan di sore hari, aku hidup sendiri dan aku akan kembali dalam kesendirian. Mungkin di sore ini, atau sore esok.  Dengan rasa penasaran aku datang kepada Tuhan kemudian bertanya "Tuhan, kenapa aku merasakan hal yang berbeda ketika sore hari.?" Aku tak mendengar jawaban Tuhan, kemudian aku mulai sadar jika Tuhan menyembunyikan dahsyatnya sore ini, supaya aku lebih berfikir lagi tentang keagungannya. Kesendiriannku adalah mutlak, karena aku datang dalam keadaan sendiri dan akan kembali dalam kesendirian pula. "Bukannya begitu Tuhan?" .

1 komentar:

  1. Aku mengulangi lagi…
    Orang mungkin akan membodoh bodohiku lagi..
    Dan memang benar aku tak tau arah..
    Tak belajar rasanya terombang ambing tanpa arah..
    Namun jika jalan yang penuh arah itu justru tak bisa memberikan kedamaian..
    Apa salah jika kulampui lagi jalan tak berarah ini… ?

    BalasHapus


My Photo Galery

Translate

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Sejernih Sungai Cinta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger