Dawai-
dawai nyanyian sendu mengalun dengan nada dalam gelora yang berirama. Semakin
mendayu, semakin dan dalam. Membelai setiap jiwa yang merindu akan sapaan angin
dalam kalutnya badai kehidupan.
Syair-
syair telah terangkai dalam sendu senda nan manja raga yang kesepian berteman
pesona keagungan Tuhan dalam potret ciptaanNya yang sempurna. Aku pun menikmati
suasana ini, aku hadirkan sosokku dalam deretan not-not yang bergabung membuai
semu wajahmu dalam angan. Aku berdiri di sudut kamar ini menyaksikan penari
melenggak-lenggokkan tangannya, dan biduan mendayu-dayukan suaranya. Sementar
kamu?
Aku
tidak yakin kamar sebesar ini hanya berisikan aku dan nyanyian sendu, mahluk
hidup di ruang gelombang, malaikat di luar ambang, juga turut hadir bersila
bersama masih belum mampu mengisi kamarku yang terlanjur kosong ini. Bukan tak
berpenghuni, tetapi entah kemana penghuni sejatinya. Sehingga gong hanya
berteman dengan pemukulnya,.
Aku
ingin melukis kamar ini denga coretan peristiwa yang telah aku dan mungkin dia,
menghiasinya dengan warna-warna yang mencolok, hingga malaikat tak merasa risih
menilaiku terlalu mellow. Aku ingin kuas kayu ini terus menari mengikuti
lentiknya alunan jari-jemari yang selalu berirama dalam dawai asmara. Sudaut
kamar ini, inginku letakkan pot kesayangan nabi agar aku mendapat syafaatnya
bersama pemuda lain yang tertidur beribu-ribu tahun dengan anjingnya.
Mungkin
dengan ini aku bisa membuat kamarku ini nampak berpenghuni, sembari menanti
pemiliknya datang.
coretan warna yang selalu mewarnai kehidupan..
BalasHapusmemberikan nyawa bagi setiap insan, bermanfaat bagi seluruh alam..
semangat mas Huddin,.. terus menulis berbagi ...
Nggeh ruf... terimakasih sudah berkunjung. sebenrnya ingin sekali untuk aktif menulis.
Hapus