Assolatu
khoirumminannaum……
Aku bangun di kamar F.05 ini
menddengar merdunya suara adzan, biar kutebak siapa orang dibalik sound system pojok
lorong kamar itu. Mas Rudy, betul. Ya, suara adzan merdu itu milik mas Rudy. Santri
senior sekaligus menantu pak ustad yang sebentar lagi akan menjadi kakek.
Aku keluar dengan mata setengah terkatup. “Ini Gunung Merapi, Gunung Sinambung” terdengar tak terlalu jelas kata-kata itu. Kubiarkan saja, langkahku masih setia menuju kamar mandi yang berderet panjang khas pondok itu. Tetapi kakiku seolah-olah berjalan diatas gurun, mengais-ngais tak seperti biasanya, keset. Masih kubiarkan saja, mungkin lantai tak disapu. Kataku.
Setelah bersiap aku bergegas ke mushola karena
iqomah sudah memanggil. Aku terkejut melihat motor yang berderet parkir rapih
di depan musholah dipenuhi debu. Bahkan sampai pukul 8.00 pagipun matahari enggan menampakkan dirinya, ia lebih nyaman bertopeng siluet jingga di langit. Hujan abu, kata sebagian santri yang lain.
Itu kata-kata yang menjawab lamunanku selama
tadi. Kucoba hubung-hubungkan dengan gunung merapi, gunung sinambung, lantai
keset, dan hujan abu. Ya.. nyata, ini benar-benar hujan abu. Badanku mulai
dingin, aku sholat shubuh nampaknya kurang khusyuk.

Gunung kelud itu di Kediri, kata temanku tadi. Dan
ternyata telah meletus sekitar pukul 22.46 wib. Informasi ini cukup membantu
menabokku dari dunia lamun.
Kebingunganku ini adalah bukti jika aku selama
ini kemana saja. Aku kurang menyukuri nikmat Tuhan. Padahal Allah, mencipta
semesta ini untuk dijaga. Bagimana mau menjaga jika kenal saja, tidak.
Kumulai berfikir mundur, jika saja yang meletus
itu adalah Gunung Merapi? Barapa kali lipat timbunan abu dibandingkan hari ini?
Mengapa aku tidak tahu? Padahal tadi malam kan aku baru terlelap dini hari?
Ah, jika saja yang meletus itu Merapi mungkin
tidurku akan semakin panjang, karena tak bangun lagi. Nampaknya Allah masih
menjagaku, menjaga kami. Dan mungkin Kelud adalah peringatan bagi kami.

Tidak ada suatu kejadianpun yang Engkau jadikan
melainkan menurut ketetapanmu ya Allah. Tidak ada sesuatupun yang luput dari
pengawasanmu, termasuk jatuhnya helaian daun dari tangkainya. Apalagi letusan
gunung kelud.
Sadarku semakin membeku. Ingin rasanya aku
menangis atas nikmatmu Allah. Aku yakin seyakin-yakinnya jika engkau
berkehendak, tidak ada yang sulit. Jika engkau ingin menghantam kami dengan
merapi? Maka itu sangat mudah bagi Engkau….
Maka dari itu ya Allah, lindungi aku ya Allah. Lindungi
keluarga, sahabat, orang muslim, yang masih hidup dan yang sudah meninggal. Kuserahkan
padamu segala urusanku.
Ya Allah, aku tahu kami manusia selalu berbuat
onar di semestamu. Kami khianati kepercayaanmu sebagai khilafahmu di bumi. Bahkan
kami hancurkan bumiMu dengan tangan kami sendiri. Maka apakah masih layak kami
engkau percaya?
Niscaya jika engkau ingin menghukum kami, maka
hukumanmu sangat pedih ya Allah. Dan kami tak akan mampu menahannya. Kami tak
aka pernah mampu. Cukup Kelud menjadi peringatan, maafkan kami ya Allah. Jaga
kami ya Allah. Dan bantu kami menjaga Indonesia.
Jogja, 14 februari 2014.
0 komentar:
Posting Komentar